Bismillahirrohmaanirrohim
Bolehkah anak memberikan zakat kepada orang tuanya dan sebaliknya orangtua memberikan zakat kepada anaknya ?
Dalam masalah ini, perlu dirinci terlebih dahulu :
Keadaan Pertama : Orang tua hidupnya berada dalam tanggungan anaknya, tinggal di rumah anaknya, makan dan minum dengan biaya anaknya. Dalam keadaan seperti ini seorang anak tidak boleh membayar zakat kepada kedua orang tuanya.
Berkata Ibnu Qudamah ( al Mughni : 2/ 269 ) : “ Seseorang tidak boleh memberikan zakat kepada kedua orang tuanya dan tidak pula kepada anaknya. Berkata Ibnu Mundzir : “ Para ulama sepakat bahwa zakat tidak boleh diberikan kepada kedua orang tua dalam keadaan anaknya berkewajiban memberikan nafkah kepada mereka. Karena dalam keadaan seperti ini zakat akan menggugurkan kewajiban nafkah kepada mereka, dan manfaatnya akan kembali kepada anak yang memberikan. “
Keadaan Kedua : Kedua orang tua hidup sendiri secara mandiri, menempati rumah sendiri, dan mereka mempunyai pekerjaan dan pendapatan, tetapi hidupnya pas-pasan. Dalam keadaan seperti ini dibolehkan anaknya memberikan zakat kepada keduanya, karena anak tersebut tidak ada kewajiban memberikan nafkah kepada orang tuanya.
Begitu juga jika kedua orang tuanya mempunyai hutang yang melilit mereka, dan tidak mampu membayarnya, maka dalam keadaan seperti ini, seorang anak boleh memberikan zakat kepada kedua orang tuanya, karena seorang anak tidak ada kewajiban membayar hutang orang tuanya . Begitu juga, jika orang tua adalah seorang mujahid yang berperang di jalan Allah, atau seorang muallaf, maka anaknya boleh memberikan zakat kepadanya, karena sifat-sifat tersebut. ( Adil Azzazi, Tamam al-Minnah, 2/ 301 )
Keadaan Ketiga : seorang anak memberikan zakat kepada lembaga zakat, dan secara kebetulan orang tuanya yang miskin menerima zakat anaknya tersebut melalui lembaga amil zakat, maka dalam keadaan ini zakat anaknya sah, walaupun diterima oleh orang tuanya sendiri.
Dalilnya adalah hadist Ma'an bin Yazid radhiyallahu 'anhu:
وَكَانَ أَبِي يَزِيدُ أَخْرَجَ دَنَانِيرَ يَتَصَدَّقُ بِهَا فَوَضَعَهَا عِنْدَ رَجُلٍ فِي الْمَسْجِدِ فَجِئْتُ فَأَخَذْتُهَا فَأَتَيْتُهُ بِهَا فَقَالَ وَاللَّهِ مَا إِيَّاكَ أَرَدْتُ فَخَاصَمْتُهُ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ لَكَ مَا نَوَيْتَ يَا يَزِيدُ وَلَكَ مَا أَخَذْتَ يَا مَعْنُ
“ Suatu hari bapakku, Yazid mengeluarkan dinar untuk dishadaqahkan ( dizakatkan ), lalu dia meletakkannya di samping seseorang yang berada di masjid. Kemudian aku datang, aku ambil dan aku bawa kepadanya, lalu bapakku berkata,: "Demi Allah, bukan kamu yang aku tuju". Lalu masalah ini aku adukan kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam, maka Beliau berkata,: "Bagimu apa yang sudah kamu niatkan wahai Yazid, sedangkan bagimu apa yang telah kamu ambil wahai Ma'an".( HR Bukhari )
Walaupun hadist di atas berkenaan dengan sedekah atau zakat bapak kepada anaknya, tetapi juga berlaku bagi sebaliknya ketika anak memberikan sedekah atau zakat kepada bapaknya.
Adapun hukum orang tua memberikan zakat kepada anaknya dirinci juga menjadi tiga keadaan seperti di atas :
Keadaan Pertama : Orang tua yang mempunyai anak yang masih dalam tanggungannya, dia tinggal di rumah orang tuanya, makan dan minum atas biaya orang tuanya, maka orang tua dalam hal ini tidak boleh memberikan zakatnya kepada anaknya tersebut.
Keadaan Kedua : Orang tua mempunyai anak yang sudah dewasa, bahkan sudah menikah dan dikaruniai beberapa keturunan. Tetapi kehidupan anaknya ini dalam keadaan pas-pasan, pendapatannya tidak mencukupi kebutuhan hidupnya, dia dan keluarganya hidup dengan mengontrak rumah yang sangat sederhana.
Dalam keadaan seperti ini, orang tuanya boleh memberikan zakat kepada anaknya tersebut, karena dia tidak ada kewajiban lagi memberikan nafkah kepadanya dan anaknya hidup bukan atas tanggungannya. Berkata Ibnu Taimiyah ( Majmu’ Fatawa ( 5/373 ) : “ Dibolehkan memberikan zakat kepada kedua orang tua dan atasnya, begitu juga kepada anaknya dan keturunannya , jika mereka fakir miskin, jika sang pemberi zakat tidak mampu memberikan nafkah kepadanya. “
Keadaan Ketiga : orang tua memberikan zakat kepada lembaga amil zakat, dan secara kebetulan orang tuanya yang miskin menerima zakat anaknya tersebut melalui lembaga amil zakat, maka dalam keadaan ini zakat anaknya sah, walaupun diterima oleh orang tuanya sendiri, sebagaimana yang tersebut dalam hadist Ma’an bin Yazid di atas. Wallahu A’lam.
Penulis :Dr. Ahmad Zain An Najah, MA
Bekasi, 22 Ramadhan 1433 H/ 11 Agustus 2012 M
Ref :ahmadzain.com
Bolehkah anak memberikan zakat kepada orang tuanya dan sebaliknya orangtua memberikan zakat kepada anaknya ?
Dalam masalah ini, perlu dirinci terlebih dahulu :
Keadaan Pertama : Orang tua hidupnya berada dalam tanggungan anaknya, tinggal di rumah anaknya, makan dan minum dengan biaya anaknya. Dalam keadaan seperti ini seorang anak tidak boleh membayar zakat kepada kedua orang tuanya.
Berkata Ibnu Qudamah ( al Mughni : 2/ 269 ) : “ Seseorang tidak boleh memberikan zakat kepada kedua orang tuanya dan tidak pula kepada anaknya. Berkata Ibnu Mundzir : “ Para ulama sepakat bahwa zakat tidak boleh diberikan kepada kedua orang tua dalam keadaan anaknya berkewajiban memberikan nafkah kepada mereka. Karena dalam keadaan seperti ini zakat akan menggugurkan kewajiban nafkah kepada mereka, dan manfaatnya akan kembali kepada anak yang memberikan. “
Keadaan Kedua : Kedua orang tua hidup sendiri secara mandiri, menempati rumah sendiri, dan mereka mempunyai pekerjaan dan pendapatan, tetapi hidupnya pas-pasan. Dalam keadaan seperti ini dibolehkan anaknya memberikan zakat kepada keduanya, karena anak tersebut tidak ada kewajiban memberikan nafkah kepada orang tuanya.
Begitu juga jika kedua orang tuanya mempunyai hutang yang melilit mereka, dan tidak mampu membayarnya, maka dalam keadaan seperti ini, seorang anak boleh memberikan zakat kepada kedua orang tuanya, karena seorang anak tidak ada kewajiban membayar hutang orang tuanya . Begitu juga, jika orang tua adalah seorang mujahid yang berperang di jalan Allah, atau seorang muallaf, maka anaknya boleh memberikan zakat kepadanya, karena sifat-sifat tersebut. ( Adil Azzazi, Tamam al-Minnah, 2/ 301 )
Keadaan Ketiga : seorang anak memberikan zakat kepada lembaga zakat, dan secara kebetulan orang tuanya yang miskin menerima zakat anaknya tersebut melalui lembaga amil zakat, maka dalam keadaan ini zakat anaknya sah, walaupun diterima oleh orang tuanya sendiri.
Dalilnya adalah hadist Ma'an bin Yazid radhiyallahu 'anhu:
وَكَانَ أَبِي يَزِيدُ أَخْرَجَ دَنَانِيرَ يَتَصَدَّقُ بِهَا فَوَضَعَهَا عِنْدَ رَجُلٍ فِي الْمَسْجِدِ فَجِئْتُ فَأَخَذْتُهَا فَأَتَيْتُهُ بِهَا فَقَالَ وَاللَّهِ مَا إِيَّاكَ أَرَدْتُ فَخَاصَمْتُهُ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ لَكَ مَا نَوَيْتَ يَا يَزِيدُ وَلَكَ مَا أَخَذْتَ يَا مَعْنُ
“ Suatu hari bapakku, Yazid mengeluarkan dinar untuk dishadaqahkan ( dizakatkan ), lalu dia meletakkannya di samping seseorang yang berada di masjid. Kemudian aku datang, aku ambil dan aku bawa kepadanya, lalu bapakku berkata,: "Demi Allah, bukan kamu yang aku tuju". Lalu masalah ini aku adukan kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam, maka Beliau berkata,: "Bagimu apa yang sudah kamu niatkan wahai Yazid, sedangkan bagimu apa yang telah kamu ambil wahai Ma'an".( HR Bukhari )
Walaupun hadist di atas berkenaan dengan sedekah atau zakat bapak kepada anaknya, tetapi juga berlaku bagi sebaliknya ketika anak memberikan sedekah atau zakat kepada bapaknya.
Adapun hukum orang tua memberikan zakat kepada anaknya dirinci juga menjadi tiga keadaan seperti di atas :
Keadaan Pertama : Orang tua yang mempunyai anak yang masih dalam tanggungannya, dia tinggal di rumah orang tuanya, makan dan minum atas biaya orang tuanya, maka orang tua dalam hal ini tidak boleh memberikan zakatnya kepada anaknya tersebut.
Keadaan Kedua : Orang tua mempunyai anak yang sudah dewasa, bahkan sudah menikah dan dikaruniai beberapa keturunan. Tetapi kehidupan anaknya ini dalam keadaan pas-pasan, pendapatannya tidak mencukupi kebutuhan hidupnya, dia dan keluarganya hidup dengan mengontrak rumah yang sangat sederhana.
Dalam keadaan seperti ini, orang tuanya boleh memberikan zakat kepada anaknya tersebut, karena dia tidak ada kewajiban lagi memberikan nafkah kepadanya dan anaknya hidup bukan atas tanggungannya. Berkata Ibnu Taimiyah ( Majmu’ Fatawa ( 5/373 ) : “ Dibolehkan memberikan zakat kepada kedua orang tua dan atasnya, begitu juga kepada anaknya dan keturunannya , jika mereka fakir miskin, jika sang pemberi zakat tidak mampu memberikan nafkah kepadanya. “
Keadaan Ketiga : orang tua memberikan zakat kepada lembaga amil zakat, dan secara kebetulan orang tuanya yang miskin menerima zakat anaknya tersebut melalui lembaga amil zakat, maka dalam keadaan ini zakat anaknya sah, walaupun diterima oleh orang tuanya sendiri, sebagaimana yang tersebut dalam hadist Ma’an bin Yazid di atas. Wallahu A’lam.
Penulis :Dr. Ahmad Zain An Najah, MA
Bekasi, 22 Ramadhan 1433 H/ 11 Agustus 2012 M
Ref :ahmadzain.com