Jokowi menilai Tank Leopard seberat 62 ton nanti bisa merusak jalan dan tak bisa lewat jembatan di Indonesia. Cukup Panser Anoa saja, kata Jokowi.
Lah kalau pakai Panser Anoa yang meriamnya kecil dan sebetulnya fungsinya sebagai kendaraan pengangkut pasukan, bagaimana Malaysia yang punya 48 Tank Tempur Utama PT-91M “Pendekar” seberat 48,5 ton gentar terhadap Indonesia? Meriam Panser Anoa itu panjangnya tidak sampai 1 meter. Sedang meriam tank PT-91 M Malaysia panjangnya 3 meter lebih. Begitu pula Singapura yang membeli 66 tank Leopard bekas dari Jerman pada tahun 2008. Vietnam memiliki 220 T-62 Main battle tank, 990 T-54/55 Main battle tank, dan 350 Type-59 Main battle tank. Dengan Main Battle Tank seperti itulah Vietnam menundukkan Vietnam Selatan dan tentara AS. Jadi kalau Indonesia tidak punya Main Battle Tank seperti Tank Leopard dan cuma punya panser Anoa seperti di atas, bagaimana negara2 lain bisa segan terhadap Indonesia?
Dan memang Truk Container seberat 43 ton saja biasa lalu lalang di jalanan dan jembatan Indonesia. Apalagi Kereta Api yang beratnya ratusan hingga ribuan ton. Pesawat Airbus A330 beratnya 230 ton. Tank itu jalannya di darat. Bisa di jalanan, tanah, rumput, atau padang pasir. Jadi tidak masalah. Dan kalau perang, yang namanya jalan pasti rusak oleh bom, rudal, dsb. Kota Bandung saja dulu jadi lautan api.
Ah nanti kita bisa bikin “Tank Banteng”, kata Jokowi. Kapan jadinya? Sementara Mobil Nasional Esemka yang digembar-gemborkan dari tahun 2012 mangkrak hingga sekarang. Apalagi dengan impor 1000 Bis Cina @ Rp 3,7 milyar yang bermasalah dan juga bis tingkat Cina serta rencana impor monorail Cina (padahal produsen dalam negeri seperti INKA sudah bisa bikin), itu sudah bukti bahwa Jokowi tak punya niat untuk mandiri.
Sementara kita harus pakai Tank Leopard dulu agar negara2 lain gentar, kata Prabowo. Setelah itu baru kita bisa membuat tank canggih seperti itu dengan cara meniru dan memperbaiki Tank Leopard yang sudah kita miliki. Tank tsb bisa berjalan di sebagian wilayah Indonesia, begitu kata Prabowo. Ini sudah diteliti oleh para ahlinya, kata Prabowo Subianto
http://infozaman.blogspot.com/2014/06/debat-capres-jokowi-vs-prabowo-soal.html
Dengan mangkraknya Mobil Nasional Esemka yang heboh di tahun 2012 dan di tahun 2014 Impor 1000 Bis Cina, Bis Tingkat Cina, dan juga rencana Impor Monorail Cina, percayalah, itu bukti ke-tidak mandirian Jokowi.
Jokowi mengatakan jika ada sengketa wilayah, kita dialog. Jika tak bisa, dibawa ke Mahkamah Internasional. Tidak ada perang. Katanya. Ini persis dengan Megawati yang menyerahkan pulau Sipadan dan Ligitan ke Malaysia setelah Indonesia kalah di MI.
Di sesi berikutnya Jokowi mengatakan demi melindungi NKRI, AKAN MELAKUKAN APA PUN. Ini bertentangan bukan di pernyataan awalnya yang mengatakan tidak akan ada perang?
Lagi pula, tanpa senjata yang memadai, Indonesia akan dianggap lemah oleh bangsa lain karena kenyataannya memang lemah. Ibarat catur, orang bisa menilai jumlah pion berapa, perwira berapa, benteng berapa, apakah menteri ada. Dari situ kita bisa menilai posisi lawan kuat atau lemah.
Dalam negara juga begitu. Di lihat kekuatannya seperti kemakmuran rakyat, pesawat tempur, kapal selam, main battle tank, tentara, dsb. Jika 2 squadron pesawat tempur saja tidak bisa terbang dan kapal selam tidak punya, ya pantas jika negara lain menganggap Indonesia lemah karena kenyataannya memang demikian.
Kenapa Belanda kemudian menyerah melepaskan Papua ke Indonesia sementara AS tidak berani membantu Belanda yang jelas2 merupakan sekutunya? Ini karena Indonesia di zaman Bung Karno amat kuat.
Hampir seratus kapal perang RI baik combatan, angkut pasukan, logistik dan tanker dipersiapkan di Sulawesi guna merebut Papua. Sementara seratusan pesawat tempur Mig 15, Mig 17, Mig 19, Mig 21 serta pesawat pembom Il-28 dan Tu-16 sudah stand by di pangkalan Madiun, Makassar, Manado, Morotai, Ambon, Tual. Dari semua kekuatan taring yang dimiliki RI saat itu, kekuatan 12 kapal selam yang lalu lalang di perairan utara Papua sejak Mei sampai dengan Agustus 1962 merupakan pusat kegentaran armada Belanda yang dipimpin kapal induk Karel Doorman.
Kekuatan armada kapal selam RI yang dipusatkan di teluk Kupa-Kupa Maluku Utara merupakan satuan pemukul strategis yang berada diluar konvoy kapal perang RI. Satuan ini bergerak lebih dulu, siluman, mencari dan menemukan kemudian menembakkan torpedo paling canggih saat itu SAET-50 homing torpedo pada setiap kapal perang Belanda yang ditemui mereka. Armada kapal perang Belanda tidak mampu mendeteksi kehadiran Whiskey Class RI karena kesenyapannya berdiam diri di kedalaman 150 meter berhari-hari.
Karena tahu kalau perang pasti kalah, Belanda akhirnya menyerahkan Papua ke Indonesia lewat perundingan PBB.
Kapal Selam Singapura
Sekarang Indonesia negara dengan lautan yang luas tidak punya kapal selam sama sekali. Sebaliknya negara2 tetangganya yang kecil seperti Malaysia dan Singapura justru punya Kapal Selam. Aneh tidak? Tak heran jika Malaysia dan Singapura memandang remeh Indonesia. Bodoh sekali negara yang besar dan luas tapi tak punya kapal selam dan juga pesawat tempur yang baik untuk menjaga wilayahnya.
Debat Capres tadi malam. Jokowi ingin pakai Drone guna mengontrol batas laut kita. Padahal 2 BUMN yg menguasai satelit kita (Indosat dan Telkom) sudah dijual Megawati ke Singapura. Justru dgn Singapura dan Malaysia Indonesia pernah perang langsung karena masalah perbatasan. Dgn Drone itu, bisa2 TNI tidak bisa mengontrol Drone kita karena satelitnya dikuasai oleh Singapura yg merupakan teman dari AS dan Malaysia. Bisa2 justru Singapura/Malaysia yg mengontrol Drone kita.. Dan Drone tsb lawan pesawat tempur asing, masih kalah.
Drone itu karena tak ada pilot, mendapatkan informasi lokasi pesawat/kapal/musuh dari satelit. Lah kalau satelitnya dikuasai Singapura / Negara asing sementara kita justru mau mengawasi perbatasan kita yg bisa jadi disusupi oleh negara tetangga, kan jadi lucu. Ndak mikir…
Jokowi juga membela Megawati yang menjual Telkom dan Indosat dgn alasan ekonomi Indonesia amat parah di zaman Mega. Padahal ekonomi Indonesia itu paling hancur di tahun 1998 di mana dollar sempat naik dari Rp 2400/USD jadi Rp 16.700/USD. Namun Habibie bisa menstabilkan rupiah hingga di Rp 7000-an per dollar tanpa harus jual Indosat dan Telkom.
Megawati yang berkuasa 23 Juli 2001 – 20 Oktober 2004 itu boleh dikata ekonomi Indonesia sudah relatif tenang. Tidak perlu harus jual2 Telkom dan Indosat segala yang nilainya cuma Rp 5,7 trilyun (1,6% dari APBN Rp 344 T) sementara dana yg tak terpakai di APBD Rp 22 Trilyun.
Silahkan lihat grafik sejarah Rupiah vs US Dollar di ini:
https://www.google.com/finance?q=USDIDR
Sebetulnya dgn mengatakan efek Krismon 1998 masih terasa hebat di zaman Mega adalah kebohongan Publik. Di tahun 2000 saja di grafik tsb rupiah sudah stabil di Rp 7000-an. Jadi tidak parah2 amat seperti kata Jokowi.
Jadi jika nanti Jokowi dan PDIP kembali jual2 BUMN seperti Indosat, jangan kaget. Karena pola pikirnya memang begitu.
Pemimpin ini sebagaimana Nabi Muhammad dan para Khulafaur Rosyidin seperti Abu Bakar ra dan Umar ra mampu membela ummat Islam dari ancaman perang baik dari dalam mau pun luar negeri.
Indonesia sudah berulangkali di serang negara2 asing seperti Cina, Portugis, Belanda, Jepang, Inggris, dsb. Usai merdeka kita juga perang melawan Malaysia, Singapura, Belanda, dan juga AS (meski AS melakukannya diam2 melalui proxy). Kita memang ingin damai. Tapi jika tidak siap untuk perang membela negara, siap2 saja diperangi oleh negara lain dan dijajah. Afghanistan, Iraq, dan Libya adalah contoh negara-negara yang hancur akibat diserang oleh negara lain baik langsung mau pun tidak langsung. Mau Indonesia seperti itu?
Indonesia juga mengalami berbagai pemberontakan seperti pemberontakan PKI tahun 1948 dan 1965 yang menewaskan 1 juta orang, DI/TII, PRRI, GAM Aceh, OPM Papua, bahkan Timtim lepas dari Indonesia. Pulau Sipadan dan Ligitan pun direbut Malaysia. Mau itu terulang lagi? Sementara Cina sekarang mengklaim perairan Indonesia di Laut Cina Selatan.
Belum lagi kekayaan Indonesia seperti migas, batubara, emas, dsb yang dikuasai bangsa lain sehingga bangsa lain makmur, Indonesia miskin.
Jika presiden Indonesia cuma antek Asing dan Aseng, Indonesia cuma jadi bangsa jajahan. Bangsa budak yang melarat.
Tapi jika dipimpin oleh seorang pemimpin yang pemberani yang berani membela rakyatnya, Indonesia akan makmur.
Lupakan paham/aliran anda. Pilih pemimpin yang maslahatnya lebih banyak untuk bangsa Indonesia. Pilih pemimpin yang mudharat/kerusakannya lebih sedikit.
=======================================
Sumber :http://infoindonesiakita.com/