Bismillahirrohmaanirrohim
Tiga Jenis Do'a
Menurut Syek Akkbar Muhyidin Ibnu Arabi, permintaan kepada Allah itu ada tiga macam: dengan ucapan (billafdi), dengan tindakan (bil hal) dan dengan isti'dad (kesiapan). Menurut Ibnu Arabi, ketiganya adalah merupakan tiga jenis do'a kepada Allah. Nah, sekarang bagaimana mengatur posisinya?
Menurutnya, ketika kita punya hajat kepada Allah, yang harus didahulkukan adalah berdoa dengan hal (tindakan) . Lalu kemudian disusul dengan persiapan (isti'dad). Baru terakhir dengan lisan. Meminta dengan lisan inilah yang secara konvesi disebut do'a. Meski berdo'a dengan lisan harus disimpan di akhir ikhtiar, tapi derajatnya sangat tinggi. Berdoa dengan lisan merupakan puncak tertinggi kerohanian.
Sebagai ilustrasi, penulis gambarkan sebagai berikut. Misalnya kita bercita-cita ke Mekkah (haji). Pertama yang mesti dilakukan adalah bekerja. Dagang, buruh, tani, dll. Ini yang dimaksud berdo'a dengan tindakan. Kedua, ita menabung. Misalnya kita habiskan rokok 2 bungkus perhari, seharga 20.000. Lalu yang sebungkus kita tabung. Hasail tabungan itu dalam setahun mencapai 3.600.000. Itu artinya cukup untuk DP haji. Maka dalam jangka 10 tahun kita sudah bisa ke Mekkah. Proses nabung ini dinamakan dengan isti'dad.
Yang seringkali di kalangan masyarakat, mengartikan doa sebatas pada lisan. Implikasinya, seorang muslim menjadi pemalas dan pengangan-angan. Kurang rajin bekerja. Pada menurut Ibnu Arabi, sesengguhnya berdoa dengan lisan tidak punya dampak (la atsaro laha). Padahal yang semestinya adalah berdoa terlebnioh dahulu denmgan tindakan dan kesiapan, baru berdoa dengan lisan. Kalau kita sebatas pada lisan, kita tidak lebih berangan-angan (Ibnu Arabi, Fushus al-Hikam hal. 202).
Tiga Jenis Do'a
Menurut Syek Akkbar Muhyidin Ibnu Arabi, permintaan kepada Allah itu ada tiga macam: dengan ucapan (billafdi), dengan tindakan (bil hal) dan dengan isti'dad (kesiapan). Menurut Ibnu Arabi, ketiganya adalah merupakan tiga jenis do'a kepada Allah. Nah, sekarang bagaimana mengatur posisinya?
Menurutnya, ketika kita punya hajat kepada Allah, yang harus didahulkukan adalah berdoa dengan hal (tindakan) . Lalu kemudian disusul dengan persiapan (isti'dad). Baru terakhir dengan lisan. Meminta dengan lisan inilah yang secara konvesi disebut do'a. Meski berdo'a dengan lisan harus disimpan di akhir ikhtiar, tapi derajatnya sangat tinggi. Berdoa dengan lisan merupakan puncak tertinggi kerohanian.
Sebagai ilustrasi, penulis gambarkan sebagai berikut. Misalnya kita bercita-cita ke Mekkah (haji). Pertama yang mesti dilakukan adalah bekerja. Dagang, buruh, tani, dll. Ini yang dimaksud berdo'a dengan tindakan. Kedua, ita menabung. Misalnya kita habiskan rokok 2 bungkus perhari, seharga 20.000. Lalu yang sebungkus kita tabung. Hasail tabungan itu dalam setahun mencapai 3.600.000. Itu artinya cukup untuk DP haji. Maka dalam jangka 10 tahun kita sudah bisa ke Mekkah. Proses nabung ini dinamakan dengan isti'dad.
Yang seringkali di kalangan masyarakat, mengartikan doa sebatas pada lisan. Implikasinya, seorang muslim menjadi pemalas dan pengangan-angan. Kurang rajin bekerja. Pada menurut Ibnu Arabi, sesengguhnya berdoa dengan lisan tidak punya dampak (la atsaro laha). Padahal yang semestinya adalah berdoa terlebnioh dahulu denmgan tindakan dan kesiapan, baru berdoa dengan lisan. Kalau kita sebatas pada lisan, kita tidak lebih berangan-angan (Ibnu Arabi, Fushus al-Hikam hal. 202).
Ref :http://kimsinstitute.blogspot.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan dikomentari