Bismillahirrohmaanirrohim
Luthfi Bashori
Beliau berasal dari Mesir, di saat usia 7 tahun beliau sudah berhasil menyelesaikan hafalan Alquran seluruhnya. Setelah usai mendalami hafalan Alquran, dalam usia murahiq (menjelang baligh) beliau lantas belajar memperdalam keilmuan syariat agama Islam dengan berbagai fak, hingga di masa dewasa beliau menjadi tokoh ulama yang mumpuni. Setelah lama menggeluti ilmu syariat agama Islam dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari, pada akhirnya beliau terjun dalam bidang thariqat atau mendalami ilmu tasawwuf.
Pada usia senja, beliau lebih banyak berkhalwat (menyendiri) untuk beribadah kepada Allah. Sebagaimana diriwayatkan, hampir setiap orang yang sempat menengok Imam Zainal Abidin Almanawi di masa tuanya, maka selalu saja beliau ditemukan sedang dalam keadaan shalat atau duduk berdzikir kepada Allah.
Hampir setiap malam, beliau tidak menbiarkan matanya terpejam dalam tidur yang pulas, melainkan hati dan lisannya dipergunakan untuk berdzikir mengingat Allah, bahkan tidak jarang dalam sehari semalam beliau hanya sekali berwudhu wajib, yang dipergunakan untuk beribadah selama sehari semalam. Ini pertanda beliau benar-benar jarang tertidur lelap.
Karena kesungguhan beliau dalam mempelajari ilmu syariat agamanya Allah, serta giatnya dalam bermujahadah dan beribadah kepada Allah dengan mendalami thariqat dan praktek tasawwuf, maka Allah berkenan memberikan keistimewaan-keistimewaan khusus kepada beliau, yaitu berupa karamah sebagai tanda kewalian (kekasih Allah).
Karamah Imam Zainal Abidin antara lain, seringkali di saat beliau duduk berdzikir, tiba-tiba didatangi oleh Nabi SAW secara langsung. Hal ini sesuai dengan hadits shahih, Nabi SAW bersabda yang artinya: Barang siapa yang telah melihatku dalam mimpinya, maka di saat akan meninggal dunia, ia akan bertemu aku secara langsung.
Di saat usia Imam Zainal abidin masih tergolong muda belia, nama beliau sudah banyak dikenal di kalangan para wali kekasih Allah. Bahkan tidak jarang arwah para wali itu datang kepada beliau dan mengajak berdiskusi seputar urusan alam barzakh.
Suatu saat, Imam Zainal Abidin berziarah ke makam Imam Syafi`i, tiba-tiba beliau mendengar suara Imam Syafi`i dari dalam makam dan mengajak berdiskusi keagamaan.
Di saat yang lain, ketika beliau berziarah ke makam Imam Syafi`i, mata beliau melihat secara langsung bahwa dari atas qubah makam Imam Syafi`i itu tampak seperti mengalir dua mata air dan dua burung merpati. Pada pangkal satu mata air itu dihinggapi seekor merpati berwarna putih dan yang lainya dihinggapi merpati berwarna hijau. Sedangkan di atas makam kuburan Imam Syafi`i, tampak kakek beliau yang sudan meninggal dunia bernama Almarhum Assyaraf Yahya Almanawi sedang duduk berziarah kepada Imam Syafi`i.
Imam Zainal Abidin dikenal sebagai seorang wali yang diberi karamah oleh Allah dapat berkomunikasi secara baik dengan dunia arwah para shalihin yang telah meninggal dunia. Bahkan suatu hari ada seorang ulama yang bermimpi melihat alam barzakh. Di alam barzakh tersebut terdapat sebuah cahaya yang berbentuk manusia atau manusia yang berbentuk cahaya. Secara spontan, sang ulama ini bertanya : Siapa gerangan orang itu ? Tiba-tiba sang ulama itu mendengar suara yang menjawab: Dia adalah Imam Zainal Abidin Almanawi.
Alaa inna auliyaa-allahi laa khaufun `alahim yalaahum yahzanuun
(ketahuilah bahwa bagi para wali Allah itu tiada rasa takut dan tiada rasa kekhawatiran)
(disarikan dari kitab Karamatul Aulia, karangan Syeikh Yusuf bin Ismail Annabhani).
http://tinta168.blogspot.com/2012/06/kemuliaan-imam-zainal-abidin-abdurrauf.html
Luthfi Bashori
Beliau berasal dari Mesir, di saat usia 7 tahun beliau sudah berhasil menyelesaikan hafalan Alquran seluruhnya. Setelah usai mendalami hafalan Alquran, dalam usia murahiq (menjelang baligh) beliau lantas belajar memperdalam keilmuan syariat agama Islam dengan berbagai fak, hingga di masa dewasa beliau menjadi tokoh ulama yang mumpuni. Setelah lama menggeluti ilmu syariat agama Islam dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari, pada akhirnya beliau terjun dalam bidang thariqat atau mendalami ilmu tasawwuf.
Pada usia senja, beliau lebih banyak berkhalwat (menyendiri) untuk beribadah kepada Allah. Sebagaimana diriwayatkan, hampir setiap orang yang sempat menengok Imam Zainal Abidin Almanawi di masa tuanya, maka selalu saja beliau ditemukan sedang dalam keadaan shalat atau duduk berdzikir kepada Allah.
Hampir setiap malam, beliau tidak menbiarkan matanya terpejam dalam tidur yang pulas, melainkan hati dan lisannya dipergunakan untuk berdzikir mengingat Allah, bahkan tidak jarang dalam sehari semalam beliau hanya sekali berwudhu wajib, yang dipergunakan untuk beribadah selama sehari semalam. Ini pertanda beliau benar-benar jarang tertidur lelap.
Karena kesungguhan beliau dalam mempelajari ilmu syariat agamanya Allah, serta giatnya dalam bermujahadah dan beribadah kepada Allah dengan mendalami thariqat dan praktek tasawwuf, maka Allah berkenan memberikan keistimewaan-keistimewaan khusus kepada beliau, yaitu berupa karamah sebagai tanda kewalian (kekasih Allah).
Karamah Imam Zainal Abidin antara lain, seringkali di saat beliau duduk berdzikir, tiba-tiba didatangi oleh Nabi SAW secara langsung. Hal ini sesuai dengan hadits shahih, Nabi SAW bersabda yang artinya: Barang siapa yang telah melihatku dalam mimpinya, maka di saat akan meninggal dunia, ia akan bertemu aku secara langsung.
Di saat usia Imam Zainal abidin masih tergolong muda belia, nama beliau sudah banyak dikenal di kalangan para wali kekasih Allah. Bahkan tidak jarang arwah para wali itu datang kepada beliau dan mengajak berdiskusi seputar urusan alam barzakh.
Suatu saat, Imam Zainal Abidin berziarah ke makam Imam Syafi`i, tiba-tiba beliau mendengar suara Imam Syafi`i dari dalam makam dan mengajak berdiskusi keagamaan.
Di saat yang lain, ketika beliau berziarah ke makam Imam Syafi`i, mata beliau melihat secara langsung bahwa dari atas qubah makam Imam Syafi`i itu tampak seperti mengalir dua mata air dan dua burung merpati. Pada pangkal satu mata air itu dihinggapi seekor merpati berwarna putih dan yang lainya dihinggapi merpati berwarna hijau. Sedangkan di atas makam kuburan Imam Syafi`i, tampak kakek beliau yang sudan meninggal dunia bernama Almarhum Assyaraf Yahya Almanawi sedang duduk berziarah kepada Imam Syafi`i.
Imam Zainal Abidin dikenal sebagai seorang wali yang diberi karamah oleh Allah dapat berkomunikasi secara baik dengan dunia arwah para shalihin yang telah meninggal dunia. Bahkan suatu hari ada seorang ulama yang bermimpi melihat alam barzakh. Di alam barzakh tersebut terdapat sebuah cahaya yang berbentuk manusia atau manusia yang berbentuk cahaya. Secara spontan, sang ulama ini bertanya : Siapa gerangan orang itu ? Tiba-tiba sang ulama itu mendengar suara yang menjawab: Dia adalah Imam Zainal Abidin Almanawi.
Alaa inna auliyaa-allahi laa khaufun `alahim yalaahum yahzanuun
(ketahuilah bahwa bagi para wali Allah itu tiada rasa takut dan tiada rasa kekhawatiran)
(disarikan dari kitab Karamatul Aulia, karangan Syeikh Yusuf bin Ismail Annabhani).
http://tinta168.blogspot.com/2012/06/kemuliaan-imam-zainal-abidin-abdurrauf.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan dikomentari