Senin, 14 Januari 2013

بسم الله الرحمن الرحيم

وَمَا آَتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ}
 Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya.(Al-Hasyer :ayat :7)

ُEntah itu masuk akal ataupun tidak masuk akal,bahkan bertentangan dengan logika sekalipun....kalau itu memang bersal dari AllohTa'ala dan Rasulnya mengapa mesti ragu -ragu??? kalau kita masih ragu -ragu juga perintah - peinatah atau pernyataan Alloh didalam Al-quran  itu apa gunanya kita beriman kepadaNya??apa gunanya kita mempercayainya sebagai tuhan yang maha suci dari semua kesalahan? apa gunanya kita mempercayainya sebagai tuhan yang maha sempurna lagi maha bijaksana,kalu saja kita berani mengutak - ngati kebijakan Allop Ta'ala itu sam artinya kita lebih bijak dari yag maha bijak ykni AllohTa'ala.

Adapun cantoh yang tidak masuk akal misalnya :
Kisah Nabi Nus dan para pengikutnya membikin kapal ditengah padang sahara yang jauh dari laut atau pun sungai besar , dimana mereka diolok - olok oleh kaumnya sendiri,saya khawatir jangan - jangan kalau kita hidup pada saat itu ,ikut menyaksikan proyek pembuatan kapal kita juag akan menjadi salah satu provokator dalam mengejek dan memperolok -olok mereka.

 Adapun cantoh yang bertentangan  akal dsn fitrsh manusiawi misalnya :
Kisah Nabi Ibrahim as menyembelih anaknya sendiri yakni Nabi Ismail as ,betapa tidak?? Nabi Ibrahim as emninggalkan Siti Hajar dirtengah padang pasir yang berbatu - batu sebagi tetangga dekatnya bertahun - tahun ditempat yag gersang kering kerontang,siti hajar hanya dibekali sekantung korma,ada riwayat mengatakan  siti hajar ditinggalkan ditempat itu selama 12 tahun ,pertanyaannya
1.Jika anda sebagai istrinya atau ortau kandung siti hajar,saudaranya apa tanggapan anda??
2,Jika anda sebagai tetangnya yakni bertetangga dengan Pak Nabi Ibrohim apa tanggapan anda mengenai kelakuan Pak Nabi Ibrohim tersebut??
3.Jika anda sekiranya Pak Nabi Ibrahim itu masuk koran TV dalam taayangan INSERT apa komentar anada mengenai keluarga pak Nabi Ibrahim  ???
4,Jika anda sebagai calon korbannya apa yang anda lakukan??

Ketahwilah Fungsi akal hanyalah untuk  mengatur yang bukan menjadi kebijakan AllohTa'laa ,tidakalah sepatutnya seorang muslim untuk membijaki AllohTa'ala

Penulis Ahmad hikam suni





Sabtu, 12 Januari 2013

ISTRI NABI NUH


PELAJARAN DARI SEKELUMIT TULISAN
YANG TERCECER DI BLOGGER

kisah kedurhakaan istri nabi nuh as
tulisan ini dimuat di majalah hidayah edisi 57 april 2006

Allah membuat perumpamaan bagi orang yang ingkar; istri Nuh dan istri Luth, mereka adalah istri dua orang hamba di antara hamba-hamba Kami yang saleh. Tetapi mereka berkhianat (kepada suami-suaminya). Maka mereka tiada berdaya suatu apapun terhadap Allah. Kepada mereka dikatakan, "Masuklah kamu ke dalam neraka jahanam bersama orang yang masuk (ke dalamnya)” (QS. At-Tahrim [66]: 10).

Hari masih pagi. Wanita itu bangun, dan segera bergegas ke dapur. Di pagi yang sunyi itu, dia ingin membuat makanan. Ternyata tak cukup lama pekerjaan dapur itu menyita waktunya. Setelah itu, dia segera melangkah keluar. Dengan pelan, dia berjalan, takut kalau-kalau seisi rumah mendengar langkahnya. Tetapi, saat tangannya meraih daun pintu, anaknya yang masih muda tiba-tiba menegur, "Sepagi ini, ibu mau ke mana…?"

Sang ibu, yang tidak lain adalah istri Nabi Nuh, kaget. Dengan muka pucat, dia segera memberikan isyarat agar anaknya --yang bernama Kan`an-- untuk tidak bersuara keras. "Aku mau ke Makbad Besar (tempat peribadatan penyembahan berhala). Lupakah anakku, bahwa hari ini adalah hari raya tuhan-tuhan kita?"

Si anak tersenyum seraya berkata, "Ibu berbuat yang terbaik. Nanti saya menyusul. Ibu tahu khan… kalau ayah tidak senang melihat kita pergi ke sana?"

Istri Nabi Nuh lalu berangkat. Sesampai di sana, ia segera mempersembahkan makanan dan berdoa. Selesai berdoa, istri Nabi Nuh menengok dan mendapati putranya sudah ada di sana. Waktu berlalu dengan cepat, upacara penyembahan itu pun akhirnya usai. Istri Nabi Nuh kembali ke rumah. Dalam perjalanan pulang, ia diberitahu oleh anaknya, "Wahai ibu, tahukah apa yang sedang dilakukan ayah?"

"Apa yang dia perbuat, wahai anakku?"

"Ayah menyeru orang-orang di pasar dan sekelilingnya untuk bertakwa kepada Allah"

Istri Nuh memadang Kan`an, seraya berkata, "Kalau begitu ayahmu tak menghendaki kita menyembah tuhan-tuhan yang memberi rezeki dan memelihara kita."

Sepanjang perjalanan berikutnya, keduanya lebih banyak membisu. Dalam hati, sudah kuat keingkaran ibu dan anak itu untuk tak menganut ajaran yang dibawakan Nabi Nuh.

***

Malam tiba. Nabi Nuh pulang ke rumah dengan rasa letih, meletakkan tongkatnya di dinding dan kemudian duduk. Istrinya tiba-tiba mendekat seraya berkata, "Mengapa engkau terlambat pulang sampai selarut ini?"

"Aku harus menyampaikan risalah dari Allah."

"Risalah apakah itu?"

Nabi Nuh menjawab tegas, "Risalah agar manusia menyembah Allah dan meninggalkan berhala."

"Kamu telah bertahun-tahun hidup bersama kami," sahut istri Nabi Nuh, "Tapi kenapa kini berselsisih paham dengan apa yang disembah oleh kaummu?"

"Allah memilihku untuk menjalankan tugas ini. Karena itulah, sekarang kumpulkanlah anak-anak kita, aku akan menunjukkan tentang yang kubawa ini, sebagaimana aku menyeru kepada orang lain," perintah Nabi Nuh kepada istrinya.

Namun istri Nabi Nuh diam seribu bahasa. Sementara Kan`an datang, mengambil tempat duduk di sampingnya. Dia berkata kepada ayahnya, Nuh," Anak-anakmu sedang tidur. Tundalah hal itu sampai besuk pagi!"

"Kalau begitu, tidak ada salahnya aku menyampaikan hal ini kepada kalian berdua lebih dahulu."

"Mengapa ayah tergesa-gesa dengan hal ini?" ucap Kan`an.

"Tidurlah sampai besok pagi!" sahut istri Nabi Nuh.

"Tidak!" kata Nabi Nuh, "Aku harus melaksanakan tanggung jawabku terhadap Allah. Sebab kalian berdua adalah ahli baitku dan aku harus menjadi orang yang menyeru kalian berdua untuk pertama kali."

Kan`an memandang ibunya. Sang ibu pun juga memandang kepadanya seraya berkata kepada Nabi Nuh, "Kami tak akan meninggalkan agama nenek moyang kami."

Perdebatan antara Nabi Nuh dan keduanya akhirnya terjadi. Anak-anak Nuh yang lain akhirnya terbangun dikarenakan terusik. Mereka bangkit dan menghampiri ketiganya. Sang ibu dengan segera berkata, "Ayahmu menghendaki kita agar meninggalkan tuhan-tuhan yang kita sembah dan memerintahkan kita untuk menyembah Tuhan yang telah mengutusnya......"

"Siapakah Tuhanmu itu, wahai ayah?" tanya anak-anak itu kepada Nabi Nuh.

"Dia adalah Pencipta langit dan bumi. Dia pula yang memberi rezeki, mematikan semua manusia di hari perhitunan (kiamat)..." jawab Nabi Nuh.

"Lantas di manakah Dia itu berada ayah? Apakah Ia berada di Makbad besar bersama tuhan-tuhan yang biasa kami sembah?" tanya salah seorang di antaranya.

"Anak-anakku" kata Nabi Nuh, "Sesungguhnya Allah tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Dia adalah Pencipta ruang dan waktu itu sendiri. Dia tak dapat dilihat oleh mata kita."

"Bagaimana kita bisa mengetahui bahwa Dia itu ada?" tanya yang lain.

Nabi Nuh dengan tegas menjawabnya, "Dari tanda-tanda kekuasaan-Nya atas segala sesuatu; dari ciptaan-Nya; dari langit yang ditinggikan-Nya tanpa tiang; dari bumi yang dihamparkan-Nya, dan di dalamnya terdapat sungai-sungai dan lautan; dari hujan yang tercurah dari langit dan menumbuhkan tanaman yang menghidupi manusia dan hewan; dan dari kekuasaan-Nya menciptakan manusia dan hewan-hewan; dan dari kekuasaan-Nya menciptakan manusia dan mematikan mereka; yang semua itu ada di hadapan kita."

Setelah mendengar perkataan Nabi Nuh itu, anak-anaknya serentak berkata, "Allah telah melapangkan hati kami untuk menerima kebaikan yang ayah serukan..."

Betapa terperanjatnya istri Nabi Nuh tatkala mendengar pengakuan anak-anaknya. Ia segera bangkit dan menghampiri Kan`an. Lalu, berkata lantang kepada suaminya, "Telah rusak akal dari anak-anakmu dengan seruan itu. Tuhan kami akan mengutukmu…"

***

Alih-alih istri Nabi Nuh cuma ingkar akan apa yang dibawa oleh Nabi Nuh, melainkan juga mencoba menghalang-halangi dakwah suaminya. Setiap kali ada tetangga yang datang mau menjadi pengikut Nabi Nuh, dan meminta pendapatnya, justru dia menyarankan mereka untuk pulang seraya berkata, "Sekiranya seruan Nuh itu baik, niscaya aku dan Kan`an akan mengikutinya."

Bulan berlalu dan tahun pun bergulir. Istri Nabi Nuh bukan semakin condong kepada ajaran Nabi Nuh, melainkan semakin menunjukkan penentangannya. Sampai dia dengan sengit berkata, "Tidak ada yang mengikutimu, kecuali hanya beberapa gelintir orang miskin. Niscaya bukan karena kemiskinan yang mereka derita, sekiranya tak mungkin mereka mengikutimu. Bukankah ini menjadi bukti bahwa seruanmu itu bathil? Orang mengolok-olokmu, Nuh. Maka, sebaiknya kamu menghentikan seruanmu itu...!"

Tapi Nabi Nuh tak putus asa. Ia memikul semua penderitaan itu dan kejahatan orang-orang yang merintanginya. Bertahun-tahun Nabi Nuh berdakwah, memang tidaklah lebih dari seratus orang yang mengikutinya. Meski demikian, Nabi Nuh tetap sabar dan selalu berdoa, "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah menyeru kaumku siang dan malam maka seruanku itu hanya membuat mereka lari (dari kebenaran). " (QS. Nuh [71]: 5-6).

Allah lalu memerintahkan kepada Nabi Nuh untuk membuat bahtera.

***

Suatu hari, istri Nabi Nuh melihat suaminya mendatangkan kayu-kayu dan menyuruh kepada pengikutnya untuk meletakkan kayu-kayu itu di tengah kota. Padahal, kota itu jauh dari laut dan sungai. Tak ayal, istri Nabi Nuh bertanya heran, "Apa yang akan engkau perbuat dengan kayu-kayu itu, wahai Nuh?"

"Aku akan membuat sebuah bahtera," jawab Nabi Nuh

Mendengar jawaban Nabi Nuh, istrinya mencibir, "Mengapa engkau membuat bahtera sedang di sini tidak ada lautan atau sungai yang dapat melayarkannya?"

Nabi Nuh menjawab, "Bahtera ini akan berlayar ketika datang perintah dari Allah."

"Bagaimanakah orang-orang yang berakal akan menyanggahnya bahwa hal ini bisa terjadi?"

"Nanti kamu akan melihat bahwa hal itu akan terjadi."

Seraya melangkah, istri Nuh berucap sinis, "Akankah bahtera ini nanti berlayar di atas pasir?"

"Bukan," jawab Nuh, "Sebab air bah akan menenggelamkan bumi dan orang-orang yang menentang kami. Sedang orang-orang yang mengikutiku akan selamat di atas bahtera..."

***

Kabar akan pembuatan bahtera itu cepat tersiar. Segera kaumnya datang ke tengah kota, mengolok-oloknya. Seorang berkomentar, "Apa ini wahai Nuh, nyata sekali bahwa kamu akan datang dengan membawa bahtera kepada kami di sini, sehingga kami bisa naik bahtera yang kamu buat di atas padang pasir yang tandus."

Yang lain dengan sengit mengolok-olok, "Nuh, apakah kamu akan menyuruh pengikutmu untuk datang kepadamu dengan membawa timba-timba yang penuh dengan air untuk kemudian dituangkan ke bawah bahtera ini sehingga engkau dapat membuat kolam yang di atasnya bahteramu akan berlayar?"

Suara tawa mereka segera menggema, dan disusul yang lain, "Hal itu tentu saja akan memakan waktu bertahun-tahun, tahukah kamu akan semua itu Nuh?"

"Dan air itu tentu akan di serap pasir sebelum bahteramu bisa berlayar...." ledek yang lain lagi.

Tawa mereka kembali membuncah. Nabi Nuh tidak membalas olokan mereka, kecuali hanya berucap, "Jika kamu mengejek kami, maka sesungguhnya kami (pun) akan mengejek kamu sebagaimana kamu sekalian mengejek (kami). Maka kelak kamu akan mengetahui siapa yang akan ditimpa oleh azab yang menghinakannya dan yang akan ditimpa oleh azab yang kelak (QS. Hud [11]: 38-39)

Bulan berganti, tahun pun berlalu. Nabi Nuh dan pengikutnya, akhirnya menyelesaikan pembuatan bahtera itu. Namun ejekan yang datang dari kaumnya tak henti-henti melayang kepadanya. Apalagi, istri Nuh selalu memberi tahu mereka akan penderitaan yang ditanggung Nabi Nuh. Akibatnya, mereka kian senang dan bertambah gembira.

***

Suatu hari, istri Nabi Nuh tiba-tiba terbangun oleh suatu yang menggelisahkan hati. Ia segera bangkit dan menjumpai Nabi Nuh yang sedang mengumpulkan setiap dari jenis hewan dan burung, masing-masing sepasang. "Apa yang kamu lakukan dan akan kamu bawa ke mana hewan-hewan dan burung-burung itu? Akankah pengikutmu akan memakan hewan dan burung-burung itu sementara kami tak akan memakan apa-apa?" tanya istrinya.

"Ini bukan untuk pengikutku. Tuhanku telah memerintahkan kepadaku untuk membawa hewan-hewan dan burung-burung itu di bahtera!" jawab Nabi Nuh.

Dengan panik, istri Nabi Nuh bertanya lagi, "Bagaimanakah Tuhanmu memerintahkan semua ini?"

"Kelak akan kubawa setiap pasang binatang dan semua pengikutku di dalam bahtera, tentunya dengan kebenaran yang diperintahkan oleh Allah kepadaku..."

Istri Nabi Nuh tidak juga diam, "Apakah yang akan kamu lakukan dengan bahtera itu? Apakah kalian akan meninggalkan rumah dan hidup bersama hewan-hewan dan burung-burung itu?"

"Kelak air bah akan datang, kemudian menenggelamkan segala sesuatu dan tidak akan ada yang selamat kecuali siapa yang naik dalam bahteraku untuk kemudian memulai kehidupan di dunia baru yang muncul dengan fajar keimanan."

Istri Nabi Nuh tiba-tiba merasa ketakutan. Ucapan Nabi Nuh bahkan membuatnya tak berkutik untuk membantah. Namun jiwanya telah tertutup, keras seperti batu. Dia tetap menekan perasaan takut itu, lalu pergi memberi tahu kepada kaumnya tentang rencana Nabi Nuh itu. Maka, bertambah keraslah ejekan mereka kepada Nabi Nuh.

***

Apa yang diperintahkan oleh Allah kepada nabinya adalah satu kebenaran yang harus dipercaya. Karena itu, janji Allah yang disampaikan kepada Nabi Nuh itu tidaklah bohong dan janji itu akhirnya benar terjadi. Air bah (banjir) datang. Maka terperanjatlah mereka. Pintu-pintu langit terbuka dan mencurahkan air hujan ke bumi sehingga membuat mereka semua pontang-panting. Kelabakan.

Sementara itu, bahtera Nabi Nuh berlayar di atas air, tanpa istri Nabi Nuh dan putranya, Kan`an. Sebab keduanya telah menolak ketika Nabi Nuh memerintahkan agar ikut bersama. Nabi Nuh memanggil anaknya, sedang dia berada di tempat terpencil, “Hai anakku, naiklah bersama kami dan janganlah bersama orang-orang yang kafir.”

Dengan sombong, dia malah berkata ketus, "Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat menyelamatkanku dari air bah.

“Tidak ada Pelindung hari ini dari ketetapan Allah selain siapa yang dirahmati.” (QS. Hud 43).

Firman Allah itu benar. Air bah itu ternyata terlalu besar, gunung pun tenggelam. Maka, tenggelamlah Kan`an dan istri Nuh digulung gelombang yang air bah dahsyat. Kisah tenggelamnya istri Nuh dan putranya, Kan`an itu dikisahkan Allah di dalam al-Qur`an. Ada pesan yang bisa dipetik dari kisah di atas itu, sekiranya sangat jelas; peringatan bagi seluruh kaum mukminin bahwa petunjuk Allah itu kadang-kadang terasa lebih jauh meskipun bagi orang yang paling dekat dengan pemberi petunjuk itu sendiri. Istri Nuh menjadi bukti nyata akan hal itu. Walau dia dekat dengan Nabi Nuh, bahkan termasuk istrinya, namun ternyata petunjuk Allah itu jauh darinya. Demikian juga dengan anak Nabi Nuh, Kan`an.

Dalam kaitan dengan istri Nabi Nuh itu, Allah berfirman dalam al-Qur`an, "Allah membuat perumpamaan bagi orang yang ingkar; istri Nuh dan istri Luth, mereka adalah istri dua orang hamba di antara hamba-hamba Kami yang saleh. Tetapi mereka berkhianat (kepada suami-suaminya). Maka mereka tiada berdaya suatu apapun terhadap Allah. Kepada mereka dikatakan, "Masuklah kamu ke dalam neraka jahanam bersama orang yang masuk (ke dalamnya)" (QS. At-Tahrim [66]: 10).

Semoga kita bisa memetik hikmah dari kisah di atas.

DIPOSKAN OLEH N. MURSIDI DI 05:56

Kamis, 10 Januari 2013

BIODATA TOKOH ULAMA



Syeikh Abu Al Faydh Muhammad Yasin bin Muhammad Isa Al Fadany Al Makky Musnid Ad-Dunya. 




Seikh Yasin dikenal sebagai ulama yang produktif dalam menulis, karya beliau mencapai ratusan, sehingga Al-`Allamah Sayyid Saqqaf bin Muhammad As-Saqqaf seorang ulama Hadhramaut memuji syeikh Yasin dengan sebutan ‘’Suyuthy Zamanih” (Imam Suyuthy pada zamannya) lantaran karyanya yang demikian banyak.

Sejumlah murid dan peneliti kini mulai berusaha menginventasrisir, mengkodifikasi, dan menerbitkan karya-karya tersebut. Kabarnya hingga saat ini baru sebanyak 97 kitab diantaranya sembilah tentang ilmu hadits, 25 kitab tentang ilmu fiqh dan ushul fiqh, 36 kitab tentang ilmu falak, dan sisanya cabang ilmu-ilmu yang lain
Sebagian kitab syeikh Yasin tersebut dijadikan rujukan dan pelajaran di beberapa tempat lembaga pendidikan islam seperti pesantren, madrasah majles ilmu dan perguruan tinggi baik di Asia tenggara maupun di Timur Tengah. Bahkan kitab beliau Fawaid Al Janiyah dijadikan materi silabus mata kuliah Ushul Fiqh di Fakultas Syari`ah Al Azhar. Agaknya, sebagaimana diakui oleh kalangan para ulama yang mengetahui kadar keilmuan beliau, faktor susunan bahasa yang tinggi dan sistematis serta isinya yang padatlah yang menjadikan karya syeikh Yasin dijadikan oleh para ulama dan pelajar sebagai rujukan.

Karya beliau yang terdiri dari kitab fiqh, hadits, balaghah, tarekh, falak, sanad serta dalam cabang ilmu yang lain antara lain:
1. Ad Durr al-Mandhud fi syarh Sunan Abi Daud
2. Fath al-`Allam Syarh Bulughul Maram
3. Syarh Jauhar Tsamin fi arba`in Haditsan min Ahadits Sayyidil Mursalin lil `Ajluny
4. Syarh al-Musalsal bil `iratith Thahirah
5. Bulghah Al Mustaq fi ilm Isytiqaq
6. Tasnif as-Sama`i fi Mukhtashar ilm al-Wadha`
7. Hasyiah `ala Risalah Hajar Zadah fi Ilmi Wadha`
8. Idhah an-Nur al-Lami` syarh al-Kawkab as-Sathi`
9. Hasyiah `ala al-Asybah wan Nadha-ir fi Furu` Fiqh asy-Syafii lis Suyuthy
10. Bughyah Musytaq Syarah al-Luma` Abi Ishaq
11. Ta`liqat `ala Luma` Abi Ishaq asy-Syirazy fi Ilmi Ushul
12. Hasyiah `ala at-Talaththuf Fi Ushul Fiqh
13. Hasyiah `ala al-Qawaid al-Kubra li al-`Izz bin Abd as-Salam
14. Tatmim ad-Dukhul Ta`liqat `ala Madkhal al-Wushul ila `ilm al-Ushul
15. Ta`liqat `ala Syarh Mandhumah az-zamzamy fi Ushul at-Tafsir
16. Taqrir al-Maslak liman arada `ilmi Falak
17. Al-Khamaliyah Syarh mutawasith `ala Tsamarat al-Wasilah
18. Ar-Riyadh Nadhrah Syarh Nadhm al-Alaliy al-Muntatsirah fil Maqulat al-`Asyrah
19. Syarah `ala Risalah al-Adhud fil wadha`
20. Tastnif as-Sami` mukhtashar fi Ilm al-Wadh`i
21. Syarah `ala Mandhumah Zubad li Ibni Ruslan fil Fiqh Syafii
22. Kaukab al-Anwar fi asma-i an-Nujum as-Samawiyah
23. Al-Mukhtashar al-Muhazzab fi istikhraj al-Auqat wal Qiblat bil Rubu` al-Mujayyab
24. Manhal al-Ifadah Hawasyi `ala Risalah Adab al-Bahts wa al-Munadharah li Thasy Kubra Zadah
25. Ad-Durar an-Nadhid Hasyiah `ala Kitab at-Tamhid lil Asnawi Fi Ushul Fiqh asy-Syafii
26. Nail al-Ma`mul Hasyiah `ala Ghayatul wushul `ala Lubb al-Ushul
27. Al-Fawaid al-Janiyyah Hasyiah `ala al-Qawaid al-Fiqhiyyah
28. Janiyy ats-Tsamar Syarah Manzumah Manazil Qamar
29. Thabaqat asy-Syafi`yyah al-Kubra
30. Thabaqat asy-Syafi`yyah al-Sughra
31. Thabaqat Ulama al-Ushul wa al-Qawa`id al-Fiqhiyyah
32. Thabaqat `Ulama al-Falak wa al-Miqat
33. Thabaqat Masyahir an-Nuhah wa Tasalsul Ahkzihim
34. Al-Mawahib al-Jazilah Syarh Stamrah al-Wasilah fi al-Falak
35. Al-Fawaid al-Jamilah Syarh Kabir `ala Tsamarah al-Wasilah
36. Husn ash-Shiqayah Syarah Kitab Durus al-Balaghah
37. Risalah fi ilm al-Mantiq
38. Ittihaf al-Khallan Taudhih Tuhfat al-Bayan fi ilm al-Bayan
39. Ar-Risalah al-Bayaniyyah `ala Thariqat as-Sual wa al-Jawab
40. Tanwir Bashirah bi Thuruq al-Isnad asy-Shahirah
41. Al-Qawl al-Jamil bi Ijazah as-Sayyid Ibrahim bin Aqil
42. Al-Isyadat fi Asanid Kutub an-Nahwiyyah wa ash-sharfiyyah 
43. Al-`Ujalah fi al-Hadits al-Mustaltsal
44. Asma al-Ghayah fi Asanid asy-syeikh Ibrahim al-Hazazmi fi al-Qira-ah
45. Asanid al-Kutub al-Haditsiyyah as-Sab`ah
46. Al-`Iqd al-fard min Jawahir al-Asanid 
47. Ithaf al-Bararah bi Ahadits al-Kutub al-Haditsiyyah al-`Asyrah
48. Ithaf al-Mustafid bin Nur al-Asanid
49. Qurrah al-`Ayn fi Asanid A`lam al-Haramain
50. Ithaf uli al-Himam al-`Aliyyah bi al-Kalam `ala al-Hadits al-Musalsal a-Awwaliyah
51. Al-Waraqat fi Majmu`ah al-Musalsalat wa al-Awa`il wa Asanid al-`Aliyyah
52. Ad-Durr al-farid min Durar al-Asanid 
53. Al-Muqtathaf min ithaf al-Kabir bi Makky
54. Ikhthiyar wa Ikhtishar Riyadh Ahli Jannah min Atsar Ahli as-Sunnah li `Abd al-Baqi al-Ba`li al-Hanbali
55. Arba`un Haditsan min Arba`in Kitan `an Arba`in `an Arba`in Syaikhan
56. Arba`un al-Buldaniyyah Arba`un Haditsan `an Arba`ina `an Arba`ina Baladan
57. Arba`un Haditsan Mutsaltsal bi an-Nuhad ila al-Jalal as-Suyuthy 
58. Al-Salasil al-Mukhtarah bi Ijazah al-Mu`arrikh as-sayyid Muhammad bin Muhammad Ziyarah
59. Fath ar-Rabb al-Majid fima li Asyyakhy min Fara`id al-Ijazah wa al-Asanid
60. Silsilah al-Wushlah Majmu`ah Mukhatarah min al-hadits al-Mustalsal
61. Al-faydh al-Rahmany bi Ijazati Samahah al-Allamah al-Kabir Muhammad Taqi al-`utsmany
62. Nihayah al-mathlab fi `ulumi al-Isnad wa al-Adab
63. Ad-Durar an-Nadhir wa ar-Rawdh an-Nazhir fi Majmu` al-Ijazah bi-Tsabat al-Amir
64. Al-`Ujalah al-Makkiyah 
65. Al-Waraqat `ala al-Jawahir ats-Tsamin fi al-Arba`in Haditsan min al-Hadits Sayyid al-Mursalin
66. Ta`liqat ala Kifayah al-Mustafiq li asy-Syaikh Mahfudh at-Turmusy
67. Tahqiq al-Jami` al-Hawi fi Marmiyat al-Syarqawy
68. Ittihaf at-Thalib as-sirry bil Asanid ila al-Wajih al-Kuzbari (sanad tokoh)
69. Asanid al-Faqih Ahmad bin Hajar al-Haitamy al-makky
70. Faydh ar-Rahman fi Tarjamah wa Asanid asy-syeikh Khalifah bin Hamd an-Nabhan
71. Al-Waslu ar-Rati fi Asanid Syihab Ahmad al-Mukhallaty
72. Faydh al-Muhaimin fi Tarjamah wa Asanid as-Sayyid Muhsin
73. Madmah al-wujdan fi Asandi asy-Syaikh Umar Hamdan
74. Faidh al-Ilah al-`Aliy fi Asanid `abdil Baqi al-Ba`ly al-Hanbaly
75. Al-Maslak al-Jaliyy fi Tarjamah wa Asanid asy-Syeikh Muhammad `Aly
76. Ithaf al-Ikhwan bi Ikhtishar majmad a-Wujdan
77. Ittihaf al-Ikhwan bi Ikhtishar Madmah al-wujdan fi Asandi asy-Syaikh Umar Hamdan
78. Ittihaf as-Samir bi Awham ma fi tsabat al-Amir
79. Ijazah as-Sayyid Muhammad `Alawy al-Maliky
80. Ijazah asy-Syeikh Aiman Suwaid
81. al-Irsyad as-Sawiyyah fi Asanid al-Kutub an-Nahwiyyah wa ash-Sharfiyyah
82. Bughyatul al-Muris fi Ilm al-Asanid
83. Ta`liqat `ala al-Awail as-Sunbuliyyah
84. Ta`liqat `ala al-Awail al-`Ajluniyyah
85. Ta`liqat `ala Tsabat ay-Syanwany
86. Ta`liqat `ala Tsabat asy-Syibrazy
87. Ta`liqat `ala Tsabat al-Kuzbari al-Hafid
88. Ta`liqat `ala Husn al-Wafa li ikhwan ash-Shafa
89. ad-Durr an-Natsir fi Ittishal bi Tsabat al-Amir
90. ar-Raudh al-Fa-ih wa Bughyah al-`Adi wa ar-Raih bi Ijazah al-Ustad Muhammad Riyadh al-Malih
91. al-`Ujlah fi Ahadits al-Mutsaltsalah
92. al-`Iqdul Farid min Jawahir al-Asanid
93. Uqud al-Lujain fi Ijazah Syeikh Ismail Zain
94. Faidh al-Bari bi Ijazah al-Wajih as-Sayyid `Abdur Rahman al-Anbari
95. Faiydh al-Mabdi bi Ijazah asy-Syeikh Muhammad `Audh az-Zabidy
96. al-Kawakib ad-Darary fi Ijazah Mahmud bin Sa`id al-Qahiri
97. al-Kawakib as-Siyarah fi Asanid al-Mukhtarah
98. Masjarah bi Asanid al-Fiqh asy-Syafii
99. al-Muqtathif min Ittihaf al-Akabir bi Asanid al-Mufti Abdul Qadir
100. al-Mawahib al-Jazilah wa al-`Uqud al-Jamilah fi Ijazah al-`Allamah al-Bahhatsah al-Musyarik asy-Syeikh Abi Yahya Zakaria bin Abdullah Bila
101. an-Nafhat al-Maskiyyah fi Asanid al-Makkiyah
102. Nahj as-Salamah fi Ijazah ash-Shafi Ahmad Salamah
103. al-Wafi bi zaily Tazkar al-Mushafi bi Ijazah Syeikh Abdullah al-Jarafi
104. al-Washl ar-Ratibi fi Tarjamah wa Asanid Syihab Ahmad al-Mukhallati
105. al-Washl as-Sami bi Ijazah Sayyid Muhammad al-Hasyimy. 
106. Dll

Semua kitab beliau dari no. 40 merupakan kitab dalam bidang ilmu sanad.

Setelah sekian lama membaktikan dirinya dalam pengembangan ilmu agama, Hadhratus Syeikh Al `Allamah Abu Al-Fayd Muhammad Yasin bin Muhammad Isa Al-fadany Al-Makky berpulang ke hadhiratNya pada hari jumat shubuh 27 Dzulhijjah 1410 H/20 Juli 1990 M dalam usia 75 tahun. Dalam waktu singkat berita wafatnya beliau segera menyebar luas. Orangpun berdatangan berduyun-duyun untuk berta`ziyah. Roman wajah beliau ketika wafat tampak berseri-seri dan tersenyum. Setelah dishalati usai shalat jum`at jasad beliau dimakamkan di pemakaman Ma`la. Beliau meninggalkan empat orang putra; Arafat, Fadh, Ridha dan Nizar.

Pujian Para Ulama

Kealiman dan kepakaran Syeikh Yasin diakui oleh banyak para ulama dari seluruh penjuru dunia. Baik oleh para ulama semasa beliau maupun pada masa sesudahnya. Sayyid Abdul Aziz Al-Ghumary yang tak lain adalah satu satu guru beliau memuji dan menjuluki Syeikh Yasin sebagai kebanggan ulama Haramain dan sebagai Muhaddits terkemuka.

Dalam muqaddimah Kitab Fawaid Janiyyah kita akan temukan beberapa pujian ulama besar antara lain Syeikh Ismail Usman Zain al-Makky, Syeikh Abdullah bin Zaid al-Maghriby az-Zabidy (ulama Zabid, Yaman, tahun 1315 H – 1389 H) beliau merasa ta`jub dan kagum dengan kitab Fawaid Janiyyah, Sayyid Abdur Rahman bin Muhammad bin Abdur Rahman al-Ahdal (Mufti Murawa`ah-Yaman, 1307 H-1372 H). Secara khusus beliau menyusun sebuah syair panjang yang memuji SyeikhYasin diantara bait syair itu berbunyi:

انـت فــى عـلم والمعــانى فريـد         وبـعــقد الفـخار انـت الــوحيد
لــك عـز قــد اشـرقت بعـــــــلاه        شمس فضل لها الضياء يـريد
عــــــــــلوم ابـدعـتـها بـمــفـهـوم       بحـــلاهـا تـــتوج المســــتـفـيد
عصـــت فيــها عــلى فــرائد در        فـى نــحو الـحسـان هم العقود
سـائرات كالشمس فى كــل قـطر       مشرقات والـجهل منـها يـبـيـد
من يضـاهى هـذا المـقام المــعلى       ان هــذا عـــن غــيـره لــعــيـد
واذا انــتـمــى انـــاس لأصــــــل       انـت لـلســعـد اذ نسـبـت حفيد

Engkau tak ada taranya dalam ilmu dan hakikat
Dengan membangun keyajaan 
Engkaulah satu-satunya yang jaya……

Begitu pula DR. Syeikh Yusuf Abdur Razaq dosen Fakultas Ushuluddin Universitas Al-Azhar Kairo memuji Syeikh Yasin dengan salah satu syair beliau yang panjang.
Syeikh Fadhl bin Muhammad `Audh Bafadhal at-Tarimy (ulama Tarim-Yaman) juga memuji beliau dan kitab karangan beliau Fawaid al-Janniyyah dalam syairnya sebagai sebuah kitab yang dipenuhi permata.
Syeikh Sayyid Saqaf bin Muhammad as-Saqqaf (ulama Yaman, 1373H) juga memuji Fawaid al-Janiyyah beliau dalam sebuah syair beliau. Bahkan beliau menjuluki Syeikh Yasin sebagai, Suyuthi Zamanihi (Imam Suyuthi pada zamannya)

Selain itu, pujian kepada beliau juga datang dari ulama Negri India Syeikh Muhammad Abdul Hadi, serta ulama Seuwun, Yaman, Sayyid Ali bin Syeikh Balfaqih `Alawy dan juga dari ulama besar Negri Makkah Sayyid Alawy bin Abbas al-Maliky, ayahanda Abuya Abuya Prof. DR. Sayyid Muhammad bin Alawy bin Abbas al-Maliky al-Hasany.

Pujian tersebut bukan hanya datang dari ulama Ahlus sunnah, DR. Abdul Wahab bin Sulaiman, seorang dosen Dirasah `Ulya Universitas Ummul Qura Madinah yang merupakan tokoh wahaby dalam kitabnya yang berjudul Madinah al-Jawahir ats-Tsaminah menyebutkan Syeikh Yasin, Mudir Madratsah `Ulum Diniyah sebagai seorang muhaddits, faqih, dan salah satu ulama besar yang patut diperhitungkan.
Semoga Allah melimpahkan manfaat dan barakah ilmu beliau kepada kita semua, dan semoga Allah melahirkan kembali Syeikh Yasin al-Fadni yang lain untuk umat muslim saat ini.

Sumber.

1. Majalah AlKisah no.02/Tahun X/23 Januari-5 Februari 2012
2. Majalah AlKisah no. 01/Tahun VI/31 Desember 2007-13 Januari 2008
3. Muqaddimah kitab Al-Fawaid al-Janiyyah cet. Dar Fikr
4. Syeikh muhammad yasin al-fadani (1916 – 1990) dan ketokohannya dalam ilmu riwayah al-hadith, makalah dalam Seminar Serantau Ilmuan Hadith Dalam Peradaban di Alam Melayu oleh Mohd. Khafidz bin Soroni Mohd. Norzi bin Nasir
5. http://www.makkawi.com/Articles/Show.aspx?ID=323
6. dll

Dihimpun dengan mengharap barakah dan doa yang Mulia Al-`Allamah Syeikh Muhammad Yasin al-Fadany Musnid ad-Dunya oleh Ibnu Ali, Santri LPI Mudi Mesra, Samalanga, Kab. Bireun. Aceh, Indonesia.

Posted: 10 Dec 2012 10:04 PM PST
Kitab-kitab Karya Syeikh Yasin.


Selesai di tulis di waktu dhuha, 27 Muharram 1434 H/ 11-12-2012 M
Lajnah Bahtsul Masail Lembaga Pendidikan Islam Mahadal Ulum Diniyah Islamiah. Alamat: Jln. Iskandar Muda, Desa Mediun Jok, Mesjid Raya, Samalanga, bireuen, Aceh jeumpa. Email: lbm@mudimesra.com Web:lbm.mudimesra.com

Rabu, 09 Januari 2013

PERRBADAAN ANTAR DAKWAH DENGAN MENGAJAR(TAKLIM )


PERRBADAAN ANTAR DAKWAH DENGAN MENGAJAR(TAKLIM )

Hampir - hampir kedua hal sulit dibedakan bahkan nyaris tidak sedikit alim ulama yang menetap dipesantre - pesantren di indonesia ataupun luar negeri tidak dapat membedakan kedua hal ini,ketahuilah bahwa :
1.Dakwah tidak harus orang alim / ulama atau ia belajar terlebih dahulu memperoleh gelar  S1 S2 teler dsb....
perhatikan Kisah  Dakwahnya Nabi saw kepada Abubakar,sebagaimana disebutkan dalam Al-Bidayah .3/29 dari Aisyah r.ha,dimana setelah beliau masuk Islam ,keosokan harinya beliau membawa beberapa temannya masuk islam dihadapan Nabisaw,abu bakar tidak dilarang dengan kata-kata "hai abu bakar kamu belum pantas menjadi da'i sebab ilmu kamu belum sampai"abu bakar tidak disuruh untuk sekolah dulu ngambil ini dan itu.
Sederhana sajalah....sebagai suatu contoh :
A.Seorang kakek - kakek mengatakan kepada temennya yang sebaya dengan diri :begini Pa marilah kita mempersiapkan perjalan untuk akhirat apalagi kita sama - sama sudah bau tanah. iya enggak?,atau....
B.Seorang istri berkata kepada suami dan anaknya : "tutuplah dulu televisinya inikan sudah aza.
nah pertanyaannya untuk ungkapan diatas  apakah seorang perlu belajar dipesantren terlebih dahulu? hai orang -orang wahabi apakah ayat " (وتواصوا بالحق وتواصوا بالصبر)"
dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.
 (Q.S.Al-asri : 3) & ayat {وَذَكِّرْ فَإِنَّ الذِّكْرَى تَنْفَعُ المُؤْمِنِينَ}[adzdzariyat:55] Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman.
ini hanya untuk ulama???berfikirlah.....
Adapun mengajar haruslah orang alim sesuai dengan bidangnya masing - masing.
2.Dakwah tidak boleh diberi gaji sedangkan mengajar boleh digaji perhatikan ayat dibawah ini :
A.( وما أسألكم عليه من أجر إن اجري إلا على رب العالمين  )
Dan aku sekali-kali tidak minta upah kepadamu atas ajakan itu, upahku tidak lain hanyalah dari Tuhan semesta alam[Q.S.Assy'aro.:145]
B.(تبعوا من لا يسألكم أجرا وهم مهتدون) [Q.S.Yasin :21] Ikutilah orang yang tiada minta balasan kepadamu; dan mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.
 sedangkan hukum menerima gajih bagi seorang guru atau ustaz tidak mengapa Jika status gaji tersebut adalah kompensasi dari meluangkan waktu untuk mengajar tahfizh Alquran, . Para pakar fikih generasi belakangan membolehkan para imam masjid dan muadzin tetap, serta guru mengajarkan ilmu agama ataupun yang mengajarkan Alquran untuk menerima gaji, karena telah meluangkan waktu untuk menjadi imam dan beradzan serta meluangkan waktu untuk mengajar, bukan sebagai upah karena telah mengerjakan shalat, beradzan, dan mengajarkan ilmu agama,ini tulisan Ust. Aris Munandar, S.S., M.PI.sedangkan saya sendiri pernah mendengar dari Asysyeikh Sa'ad andahlawiy semoga Alloh menjaga keduanya.
3.Sasaran dakwah bisanya belum siap lahir batinnya oleh sebab itu kadang - kadang mereka bahkan kerap kali mereka mendapat hinaan atau perlakuann yang tidak layak,sebaliknya mengajar sasarnya dapat dipastikan sudah mempunya persiapan lahir dan batin,misalnya kalau ini para santri ia akan membawa kitab ,buku pensil dsb....sebagai bentuk kesiapan lahir batinnya,kalau orang umum mereka akan bersedia duduk mndengarkan sang penceramah bahakn mereka akan menyiapkan air minum buat sang penceramah sebagai bentuk kesiapan lahir batin mereka,nah anda perhatikannlah semua keterangan saya ini.....

Penulis Ahmad hikam

Renungan Iman

URUSAN IMAN HARUSLAH ORANG LAPANGAN BUKAN TIORI


Syarat menjadi petani haruslah orang lapangan,demikian pula pelaut,tentara dsb......
kalau sekedar membaca buku tentang pertanian,kelautan ,ketentaraan dsb ini hanyalah tiori,kalau buku itu sudah tamat kita sepakat dia bukanlah petani  pelaut,tentara yg tulen melainkan hnya sekedar mengetahwi ilmu pertanian,kelautan ,ketentaraan dsb
DEMIKIANLAH HALNYA JUGA URUSAN IMAN HARUS ORG LAPANGAN...... NABI NUH,IBRAHIM,MUSA,ISA ,124RIBU PARA NABI YG DITUTUP OLEH PENGHULU PARA NABI YAKN NABI MUHAMMAD SHOLAWATULLOH 'ALA NABIYYINA WA 'ALAIHIM DALAM URUSAN IMAN MEREKA ADALAH ORG LAPANGAN.....
PARA SHABAT & TABIIN MEREKA ORG LAPANGAN DALAM URUSAN IMAN..........
kitab iman yang mana saja kita tamatkan tetaplah hal itu sebatas tiori.

Tapi sedikit sekali diantara kita yang menyadari sehingga orang alim sekalipun.

Penulis Ibnu suni


Lencana Facebook

Bagaimana Pendapat Anda Tentang Blog ini?

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

MOTTO

Kami tidak malu menerima saran & kritik anda...